(SC) DI RUMAH SAKIT SMC KABUPATEN TASIKMALAYA
PERIODE BULAN MEI
TAHUN 2019]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2019
ABSTRAK
RISA NUR ADILA
GAMBARAN PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI
RUMAH SAKIT SMC KABUPATEN TASIKMALAYA PERIODE BULAN
MEI TAHUN 2019
xvi Bagian Awal+82 Halaman+13 Tabel+6 Lampiran.
Pelaksanaan perawatan luka guna untuk mengurangi terjadinya infeksi dan
mempercepat terhadap penyembuhan luka operasi. Menurut data di RS SMC pada
tahun 2018 kejaadian SC sebanyak 951 kasus, dan kejadian infeksi 23 k asus (1,74%).
Tujuan dari penelitian ini yaitu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, untuk
mengetahui pelaksanaan perawatan luka, komplikasi, penyembuhan luka, dan
pelaksanaan mobilisasi di RS SMC tahun 2019. Manfaat penelitian ini untuk
pengembangan lingkup ilmu kebidanan pada ibu nifas post SC khususnya tentang
perawatan luka.
Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus.jumlah responden 2 orang, instrumen dalam penelitian ini
menggunakan lembar ceklis, lembar wawancara yang kemuadian diolah dan dianalisis
data.
Hasil penelitian ini diperoleh pada penyembuhan luka kedua responden beresiko
pada kategori obesitas, ada ketidaksesuaian saat perawatan luka, pada kedua responden
tidak mengalami komplikasi, penyembuhan luka baik, dan mobilisasi dilakukan.
Simpulan penelitian pada faktor penyembuhan luka kedua responden beresiko
pada kategori obesitas, perawatan luka tidak sesuai SOP. Saran untuk peneliti lain agar
saat penelitian mobilisasi dilakukan evaluasi secara langsung terhadap subjek yang
diteliti.
Kepustakaan : 28 (2009-2019)
Kata kunci : Ibu Post SC, Perawatan luka, Faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka, Mobilisasi]]>
Scientific Papers, June 2019
ABSTRACT
THE RRPRESENTATION of WOUND CARE of POST SECTIO CAESAREA (SC)
at SMC HOSPITAL KABUPATEN TASIKMALAYA in MAY PERIOD 2019
xvi Initial Part+82 Pages+13 Tables+10 figures+6 Attachments.
Implementation of wound care to reduce the occurrence of infections and expedite
the healing of surgical wounds. According to the data in KSMC Hospital Kabupaten
Tasikamalaya in 2018 there were 951 cases of SC, and 20 cases of infection (1.74%).
The purpose of this study is to determine the implementation of wound care, factors
that affect wound healing, complications, wound healing, and mobilization at the SMC
Hospital in 2019. The benefits of this study are the development of the scope of
midwifery in post SC postpartum mothers, especially about wound care.
This study uses a quantitative with a descriptive method with a case study
approach. The number of respondents was 2 people, the instrument in this study used
a checklist and interview sheet then the data was processed and analyzed.
The results obtained in the healing of respondent’s wounds are at risk in the
category of obesity, there is a mismatch when implementing wound care, the two
respondents had no complications, good wound healing, and mobilization was done.
The conclusion of the research on wound healing factors of both respondents is
at risk in the category of obesity, wound care is not according to SOP. Suggestions for
other researchers so that when mobilization research is conducted on participants who
are assessed.
Literature: 28 (2009-2019)
Keywords: Mother Post SC, wound care, factors that affect wound healing,
mobilization]]>
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA
DI DESA SUKAMENAK KECAMATAN SUKARAME
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2019 ]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
SKRIPSI, JULI 2019
ABSTRAK
ADAM AKBAR MAULANA
0101150024
GAMBARAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DI DESA SUKAMENAK
KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2019
v bagian awal+62 halaman+tabe17l+gambar3+5lampiran
Rumah tangga yang PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 indikator.
Indikator tersebut adalah persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, member ASI
ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah seminggu
sekali, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik atau olahraga, dan
tidak merokok di dalam rumah. Tujuan penelitian ini Gambaran faktor yang berhubungan
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat rumah tangga di Desa Sukamenak Kecamatan
Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2019. Manfaat penelitiaan ini dapat
memberikan kontribursi dalam pengembangan ke ilmuan khususnya mata kuliah promosi
kesehatan yaitu tentang penerapan PHBS dalam rumah tangga
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk memberikan Gambaran
faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga di Desa
Sukamenak Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2019. Populasi dalam
penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang memiliki balita usia 12-24 bulan di Desa
Sukamenak Periode bulan Maret tahun 2019 yaitu sebanyak 172 orang. Teknik
pengambilan sampel di penelitian ini menggunakan total sampling .
Hasil penelitian didapatkan bahwa gambaran faktor yang berhubungan dengan PHBS
rumah tangga mayoritas responden masuk dalam kategori tidak ber PHBS RT. Sedangkan
faktor yang berhubungan dengan PHBS RT adalah mayoritas pengetahuan kategori baik,
akses ke pelayanan kesehatan mayoritas terjangkau, dukungan petugas kesehatan
mayoritas mendukung serta hanya sebagian responden yang mendapatan dukungan dari
tokoh masyarakat.
Saran untuk meningkatkan PHBS rumah tangga, masyarakat perlu meningkatkan
pengetahuan serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada agar terbentuk perilaku
PHBS RT.
Kata kunci : PHBS rumah tangga, pengetahuan, keterjangkauan ke pelayanan
kesehatan, dukungan petugas kesehatan, dukungan tokoh masyarakat
Daftar pustaka : 18(2007 - 2018)]]>
HIGH SCHOOL. OF RESPATI HEALTH SCIENCE
SKRIPSI, JULY 2019
ABSTRACT
ADAM AKBAR MAULANA
0101150024
DESCRIPTION OF FACTORS RELATED TO CLEAN AND
HEALTHY LIVING BEHAVIOR IN SUKAMENAK VILLAGE,
SUKARAME DISTRICT, TASIKMALAYA DISTRICT, 2019
v the beginning + 62 pages + tabe17l + picture3 + 5 attachments
House holds with PHBS are house holds that carry out 10 indicators. The
indicators are childbirth assisted by health workers, exclusive breastfeeding
members, weighing toddlers every month, using clean water washing hands with
clean water and soap, using healthy latrines eradicating larvae at home once a
week, eating fruits and vegetables every day, doing physical activity or sports,
and not smoking in the house. The purpose of this study is a description of factors
related to clean and healthy behavior of households in Sukamenak Village,
Sukarame District, Tasikmalaya Regency in 2019. The benefits of this research
can contribute to the development of science, especially health promotion courses
namely the application of PHBS in house holds.
This study uses descriptive methods to provide an overview of factors related
to clean and healthy behavior of households in Sukamenak Village Sukarame
District, Tasikmalaya Regency in 2019. The population in this study was the head
of the family who had toddlers aged 12-24 months in the village of Sukamenak
for the period of March 2019, which was 172 people. The sampling technique in
this study used total sampling.
The results showed that the description of the factors associated with PHBS
of the majority of respondents in the category of not having PHBS RT. While the
factors associated with PHBS RT are the majority of knowledge of the good
category, access to the majority of affordable health services, the support of the
majority of health workers support as well as only a portion of respondents who
receive support from community leaders.
Suggestions to improve household PHBS, the community needs to increase
knowledge and utilize existing health facilities to form the behavior of PHBS RT.
Keywords: household PHBS, knowledge, affordability to health services support
of health workers, support of community leaders
Biography: 18 (2007 - 2018)]]>
JAMBAN KELUARGA DI DESA MANDALAGIRI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LEUWISARI TAHUN 2018]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
SKRIPSI, Agustus 2018
ABSTRAK
ADE IRMA ROSIDAH
0101140007
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN
JAMBAN KELUARGA DI DESA MANDALAGIRI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LEUWISARI TAHUN 2018
xvi bagian awal + 50 halaman + 13 tabel + 2 gambar + 7 lampiran
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap
masyarakat. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 diperkirakan
sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih Buang Air Besar (BAB) di
area terbuka. Indonesia sebagai negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang
air besar di area terbuka yaitu 12,9%. Penelitian ini bert ujuan untuk mengetahui
faktor–faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa
Mandalagiri wilayah kerja Puskesmas Leuwisari tahun 2018. Manfaat penelitian ini
sebagai tambahan informasi dan menambah ilmu pengetahuan tentang faktor -faktor
yang berhubungan dengan kepemilikan jamban keluarga serta pentingnya pemenuhan
sanitasi dasar yaitu jamban.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode analitik
dan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang ada
di Desa Mandalagiri, dengan sampel penelitian berjumlah 110 orang responden,
dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah
lembar kuesioner. Analisis data dengan menggunakan Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pendapatan (p=0,000) dengan kepemilikan jamban keluarga di Desa Mandalagiri
wilayah kerja Puskesmas Leuwisari tahun 2018, dan tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan (p=0,844) dan sikap (p=0,708) dengan kepemilikan
jamban keluarga di Desa Mandalagiri wilayah kerja Puskesmas Leuwisari tahun
2018.
Saran yang dapat diberikan kepada puskesmas adalah memberikan
penyuluhan tentang manfaat jamban, syarat jamban sehat, dan jenis jamban yang
baik. Dan Mengadvokasi pemerintah untuk memberikan bantuan pembuatan MCKU
karena banyaknya mansyarakat yang berpenghasilan rendah sehingga tidak bisa
memenuhi sanitasi dasar yaitu jamban.
Kata Kunci : Jamban Keluarga, Pengetahuan, Pendapatan, Sikap
Kepustakaan : 24 (2000-2017)]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
SKRIPSI, August 2018
ABSTRACT
ADE IRMA ROSIDAH
0101140007
RELATED FACTORS TO THE FAMILY LATRINE OWNERSHIP IN THE
MANDALAGIRI VILLAGE REGION WORK ON PUSKESMAS LEUWISARI
IN 2018
xvi early part + 50 pages + 13 tables + 2 picture + 7 attachments
The latrine is an important basic sanitation that every society must have.
Based on data from the World Health Organization (WHO) in 2013 estimated at 1,1
billion people or 17% of the world's population still defecate (BAB) in the open area.
Indonesia as the second largest country found the community defecate in the open
area that is 12,9%. This research aims to determine factors related to family latrine
ownership in Mandalagiri Village Leuwisari Puskesmas working area in 2018. The
benefits of this research is additional information and increase knowledge about
factors related to family latrine ownership and the importance of basic sanitation
fulfillment is latrine.
This research used quantitative research type with analytic method and
cross sectional design. The population of this research were all family in Mandalagiri
Village, with sample of this research were 110 respondent, by using random sampling
technique. The instruments used in this research was a questionnaire. Data analysis
used Chi-Square.
The results of this research showed that there was a significant relationship
between income (p = 0,000) with the ownership of family latrines in Mandalagiri
village in Leuwisari Puskesmas working area in 2018, and there was no significant
relationship between knowledge (p = 0,844) and attitude (p = 0,708) with ownership
of family latrines in Mandalagiri village in Leuwisari Puskesmas working area 2018.
The suggestions that can be given to the puskesmas is provide counseling
about the benefits of latrines, healthy latrine requirements, and good latrine types.
And advocating for the government to provide assistance for making MCKU because
of the low number of people who can not meet basic sanitation, namely latrine.
Keywords : Family Latrine, Knowledge, Income, Attitude
Bibliography : 24 (2000-2017)]]>
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRAGI I
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN POTENSI BENCANA DI
RT 03 RW 02 DESA SUKAMULYA KECAMATAN SINGAPARNA
TAHUN 2022]]>
Agis Setiawan P 0101190022
Denis Aryani 0101190042
Elga Agustina N 0101190041
Rini Oktaviani 0101190010
Sopa Nur Aulia 0101190043
Milania Salsabila 0101190045]]>
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN TERINTEGRASI I I
PERENCANAAN KEGIATAN UNTUK MENGATASI MASALAH
KESEHATAN DAN POTENSI BENCANA
DI RT 03 RW 02 DESA SUKAMULYA KECAMATAN SINGAPARNA
TAHUN 2022]]>
0101190021]]>
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAGI
PEKERJA DI PABRIK TAHU NR FOOD INDUSTRIES
KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN
TASIKMALAYA TAHUN 2023]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
SKRIPSI, AGUSTUS 2023
ABSTRAK
ADE KHARISMA MUKHERZI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAGI PEKERJA DI PABRIK TAHU NR
FOOD INDUSTRIES KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN
TASIKMALAYA TAHUN 2023
VI BAB + 79 Halaman+ 14 Tabel+ 2 Gambar + 9 Lampiran
Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan
dikondisikan oleh pihak perusahaan. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat
bekerja merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan resiko bahaya di
tempat kerja. Kurangnya kesadaran para pekerja untuk senantiasa menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana faktor
pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tindakan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada pekerja di Pabrik Tahu NR Food Industries Kecamatan Singaparna
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2023.
Metode yang digunakan yakni penelitian kuantitatif dengan menggunakan cross
sectional sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling sedangkan uji statistic menggunakan uji korelasi pearson product
moment. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan kuesioner.
Rancangan analisis data terbagi 2 yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
dengan penggunaan APD dengan nilai P=0.934 (P>0,05). Tidak ada hubungan
antara sikap dengan penggunaan APD dengan nilai p=0.056(p>0,05).
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Alat Pelindung Diri (APD)]]>
1 – 7 HARI DI PMB Y DESA KERTAMUKTI KECAMATAN
CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA PERIODE
MEI TAHUN 2019]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019
ABSTRAK
ADE LIA NUR FITRIYANI
GAMBARAN PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI USIA 1-7 HARI DI
PMB Y DESA KERTAMUKTI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN
TASIKMALAYA
xvi bagian awal + 55 hal + 11 tabel+ 8 lampiran
Perawatan tali pusat adalah kegiatan merawat atau memelihara pada tali
pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008).
Berdasarkan data dari Puskesmas Ciawi didapatkan hasil pada tahun 2018
terdapat kejadian infeksi tali pusat sebanyak satu kasus di Desa Kertamukti,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian untuk
mengetahui Cara Perawatan Tali Pusat di PMB Y Desa Kertamukti Kecamatan
Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian
asuhan kebidanan pada neonatal, bayi dan balita.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantatif, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus, jumlah sampel penelitian ini sebanyak 2 orang. Instrumen penelitian ini
dengan menggunakan kuesioner dengan cara observasi dan wawancara yang
kemudian di olah dan di analisis dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa responden 1 dan responden 2 telah
melakukan cara perawatan tali pusat dengan baik dan benar, akan tetapi responden
2 tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pada lamanya
pelepasan tali pusat di peroleh bahwa responden 1 lama pelepasan tali pusatnya
selama 5 hari, sedangkan responden 2 lama pelepasan tali pusatnya selama 7 hari.
Untuk pengetahuan diperoleh bahwa responden 1 dan responden 2 memiliki
pengetahuan baik. Untuk sikap diperoleh bahwa responden 1 dan responden 2
memiliki sikap positif. Pada infeksi tali pusat bahwa responden 1 dan responden 2
tidak mengalami infeksi pada tali pusat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Gambaran
Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Usia 1 – 7 Hari Di PMB Y Desa Kertamukti
Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Periode Mei Tahun 2019 dapat ditarik
kesimpulan bahwa gambaran pelepasan tali pusat disini dipengaruhi oleh
perawatan tali pusat yang tidak sesuai dengan tata cara perawatan tali pusat.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini tenaga kesehatan dapat meningkatkan
pemberian informasi kepada ibu nifas baik itu melalui konseling mengenai
pentingnya perawatan tali pusat pada bayi, sehingga dengan adanya hal tersebut
ibu nifas mampu melakukan perawatan yang sesuai.
Kata Kunci : Perawatan Tali Pusat, Cara Perawatan Tali Pusat, Lamanya
Pelepasan Tali Pusat, Pengetahuan, Sikap, Tanda Infeksi.
Kepustakaan : 20 (2008-2017)
9]]>
STIKes RESPATI TASIKMALAYA
Scientifity, Mei 2019
ABSTRAK
ADE LIA NUR FITRIYANI
DESCRIPTION OF UMBILICAL CORD RELEASE TO BABIES AGE 1-7 DAYS
IN PMB Y KERTAMUKTI VILLAGE CIAWI SUB-DISTRICT
TASIKMALAYA REGION
xvi initial section + 55 pages + 11 tables + 8 attachments
Umbilical cord care is the activity of caring for or maintaining the baby's
umbilical cord after the umbilical cord is cut or before the puppies (Paisal, 2008).
Umbilical cord care is one of the newborn care that aims to prevent and identify
bleeding or infection early (Saifuddin, 2009). General umbilical cord care aims to
prevent infection and quickly break the umbilical cord. If the umbilical cord is wet,
smelly and shows signs of infection, you should be aware of umbilical cord infections.
The purpose of the study was to find out how to cord care in PMB Y, Kertamukti
Village, Ciawi District, Tasikmalaya Regency. The benefits of this study can be used as
information material for the development of midwifery, especially in the provision of
midwifery care for neonates, infants and toddlers.
This study uses a type of quantative research, the method used in this study is
descriptive method with a case study approach, the number of samples of this study
were 2 people. The instrument of this research is using a questionnaire by means of
observations and interviews which are then processed and analized in table form.
The results of this study is obtained that respondents 1 and 2 had done the cord
care properly and correctly, but respondents 2 did not wash their hands before taking
action. The length of the umbilical cord release was obtained that the respondent had 1
time to release the umbilical cord for 5 days, while the respondent 2 for the duration of
the umbilical cord release had survived 7 days. For knowledge, respondent 1 and 2
respondent have good knowledge. For attitude, respondents 1 and 2 respondents have a
positif attitude. In umbilical cord infections tht respondent 1 and 2 had no infection of
the umbilical cord.
Based on the results of research that has been conducted on the description of
umbilical cord release in infants aged 1-7 days in PMB Y Kertamukti Village, Ciawi
Sub-district, Tasikmalaya District, May 2019, it can be concluded that the picture of
umbilical cord release here is influenced by umbilical cord care that is not in accordance
with the procedure how to care for the umbilical cord. It is expected that with this
research, health workers can improve the provision of information to postpartum
mothers both through counseling about the importance of umbilical cord care in infants,
so that with this, postpartum mothers are able to take appropriate care.
Keywords : Umbilical Cord Care, How to Care for Umbilical Cord, Duration Cord
Release, Knowledge, Attitude, Sign of Infection.
Bibliography : 20 (2008-2017)]]>
LANGSUNG DAN FAKTOR MENDASAR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA
BALITA USIA 0 – 59 BULAN DI INDONESIA]]>
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI
SKRIPSI, Juli 2021
ABSTRAK
ADE RAHMAT
LITERATURE REVIEW: FAKTOR PENYEBAB TIDAK LANGSUNG DAN
FAKTOR MENDASAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 0 – 59 BULAN DI INDONESIA
Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Pada tahun 2017 sebanyak 22,2% atau
sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 melaporkan prevalensi stunting pada tahun 2007 sebesar
36, 8%; tahun 2010 sebesar 34,6%; pada tahun 2013 37,2% dan pada tahun 2018
adalah 30,8%. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode literature review terhadap beberapa artikel
yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Artikel yang memenuhi
syarat sejumlah 12 artikel kemudian dibaca, dibuat ringkasannya lalu dianalisis dan
diberikan pandangan dari peneliti.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor pengetahuan ibu, kunjungan ANC,
sosial ekonomi serta akses air bersih dan sanitasi berhubungan dengan kejadian
stunting pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia.
Ibu dapat meningkatkan pengetahuan melalui pencarian informasi baik
langsung maupun tidak langsung, mema nfaatkan layanan ANC di pelayanan
terdekat, memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber gizi serta meningkatkan
akses air bersih dan menjaga sanitasi lingkungan agar dapat terhindar dari resiko
stunting.
Kata kunci: Faktor, stunting, balita 0 – 59 bulan]]>
USIA 21 TAHUN G1P0A0 MASA HAMIL, PERSALINAN,
NIFAS, NEONATUS DAN KONTRASEPSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2021]]>
Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menandakan bahwa
derajat kesehatan ibu belum seperti yang diharapkan, kematian ibu masih
merupakan masalah utama yang perlu mendapatkan perhatian. Pelayanan
ntenatal yang berkualitas dalam program KIA me rupakan salah satu
kegiatan yang dianggap efektif sebagai upaya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak. Maka upaya pemerintah untuk
menurunkan AKI adalah dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bersifat menyeluruh dan bermutu tinggi kepada ibu dan bayi, dalam lingkup
kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan sacara komprehensif ( continuity
of care). (Kemenkes RI, 2014). Kegiatan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini
dimulai sejak bulan Januarir-Maret 2021 yang bertempat di Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang. Kegiatan ini berlangsung dengan memberikan asuhan
kebidanan berkesinambungan kepada Ny. P dari masa hamil, persalinan, nifas,
neonatus sampai Keluarga Berencana.
Hasil dari asuhan kebidanan yang dilakukan adalah Ny. P untuk 2 kali
suhan kehamilan di TM III. Asuhan kebidanan yang diberikan penulis pada
masa hamil yaitu memberikan KIE kepada Ibu tentang tanda bahaya dan P4K.
Untuk persalinan Ny. P kala I berlangsung selama 1 jam 30 menit, kala II
berlansung selama 20 menit kala III selama 2 menit kala IV selama 2 jam
persalinan Ny. P berlangsung secara fisiologis. Pemeriksaan Bayi Ny. P pada
masa BBL dan Neonatus dalam batas normal. Melakukan 3 kali Kunjungan
neonates kepada bayi Ny.P. yaitu KN1 pada 6 jam pertama tanggal 08 februari
2021, KN 2 pada hari ke 7 tanggal 15 Februari 2021 dan KN3 hari ke 28 tanggal
08 maret 2021 dari hasil pemeriksaan dalam Batasan normal. Melakukan 3 kali
Kunjungan neonates kepada bayi Ny.P. yaitu KF1 pada 6 jam pertama tanggal 08
ebruari 2021, KF 2 pada hari ke 7 tanggal 15 Februari 2021 dan KF3 hari ke 28
anggal 08 maret 2021 Pada masa nifas Ny. P berlangsung secara fisiologis. Ny. P
menjadi akseptor KB Suntik 3 bulan diberikan suntik KB 3 bulan pada hari nifas
ke 42 hari.
Kesimpulan dari Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada Ny. P adalah
emua pemeriksaan dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus
dalam keadaan fisiologis. Diharapkan dapat terus menerapkan konseling yang
elah diberikan selama dilakukan asuhan kebidanan sehingga kondisi ibu dan bayi
etap baik dan dapat mencegah terjadinya komplikasi dan bahkan kematian. Bagi
Klien, Ibu dapat berbagi informasi kepada orang lain sehingga mampu mengubah
persepsi para ibu bahwa proses kehamilan, persalinan, dan nifas bukan hal yang
menakutkan serta ibu mampu menjalani prosesnya dengan lancar. Bagi Bidan,
diharapkan dapat terus membantu ,membimbing dan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa agar dapat melakukan asuhan kebidanan sebagaimana
eharusnya.]]>
BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN KEKERASAN DALAM
PACARAN PADA REMAJA]]>
yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya dalam masa pacaran yang
mengakibatkan penderitaan bagi korban baik fisik maupun non fisik. Data Dinas
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
(DP3AKB) mencatat 703 kasus KDP, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
(UPPA) mencatat sebanyak 296 kasus KDP, dan 1.857 kasus Kekerasan Dalam
Pacaran (KDP) yang diterima lembaga layanan selain Pegadilan Negeri, kasus
Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) yang sampai ke proses pengadilan hanya
sebesar 216 kasus atau 10% dari total angka Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)
yang dilaporkan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan tindakan Kekerasan Dalam Pacaran pada Siswi SMA.
Metodologi penelitian ini merupakan penelitian sekunder dengan desain
Literatur areview, dengan melakukan pencarian di google scholar melalui tahapan
pemilihan sesuai dengan kriteria inklusi.
Hasil Penelitian dari 10 jurnal terdapat 8 jurnal yang membahas faktorfaktor kekerasan dalam pacaran yaitu faktor teman sebaya, jenis kelamin (gender),
pengetahuan, keterpaparan informasi media sosial, dan peran keluarga.
Kesimpulan Berdasarkan analisis literatur review dapat disimpulkan
bahwa teman sebaya, keterpaparan informasi sosial media (sosmed) dan peran
keluarga berpengaruh terhadap terjadinya kekerasan dalam pacaran pada remaja.
Sedangkan jenis kelamin dan pengetahuan tidak berpengaruh terhadap terjadinya
kekerasan dalam pacaran pada remaja. Saran Bagi Pemerintah, diharapkan dapat
mengembangkan pelayanan kesehatan ramah remaja. Bagi Orang Tua diharapkan
dapat meningkatkan pengawasan dan menjalin komunikasi dengan anak. Bagi
tenaga pendidik dapat meningkatkan pengetahuan dan melakukan pemantauan.
Bagi Peneliti diharapkan dapat meneliti faktor lainnya dan dapat mengembangkan
penelitian mengenai faktor-faktor kekerasan dalam pacaran.
]]>