Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2017
STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2017
Pembuat
Tita Rosita
Abstract
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
Skripsi, AGUSTUS 2017
TITA ROSITA
NPM. 0101150034
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA TASIKMALAY A TAHUN 2017
Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Stunting merupakan
pertumbuhan linier dan apabila terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-3 tahun). Puskesmas Karanganyar menduduki peringkat teratas kedua kejadian
stunting pada balita, dengan data sebagai berikut: Pada tahun 2015, prevalensi sangat
pendek (0,8%) dan balita pendek (25,3%), sedangkan pada tahun 2016 balita sangat
pendek (7,6%), dan pendek (21,5%), terjadi penurunan pada jumlah balita pendek
yaitu sebesar 3,8%, tetapi pada balita sangat pendek terjadi peningkatan yaitu sebesar
6,8%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor -faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar Tahun 2017. Manfaat dari penelitian ini untuk Dinas kesehatan adalah
memberikan masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan stunting
sehingga dapat menurunkan prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan crossectional.
Populasi sasaran seluruh balita usia 24-59 bulan yang berada di Wilayah kerja
Puskesmas Karanganyar Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya sebanyak 1386
balita. Teknik pengambilan sampel Simple Random Sampling dengan jumlah 102.
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Mictotoise untuk mengukur
tinggi balita, dan kuisioner yang untuk mewawancarai ibu balita. Analisisis data
menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor asupan energi, asupan protein, status penyakit, dan pemberian ASI Eksklusif
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita dengan masing -masing nilai p
yang diperoleh sebesar 0,000. Dinas Kesehatan lebih meningkatkan kerjasama
Lintas sektoral untuk menurunkan prevalensi stunting. Keluarga perlu meningkatkan
pengetahuannya mengenai asupan nutrisi pada balita, dengan cara selalu
berkonsultasi dengan petugas kesehatan setempat, rutin menimbang balita baik ke
posyandu maupun ke fasilitas kesehatan setempat untuk memantau pertumbuhan
balita.
Kata Kunci : Asupan energi, asupan protein, status penyakit, pemberian ASI,
stunting, Balita
Daftar Pustaka : 18 (2009-2017)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
Skripsi, AGUSTUS 2017
TITA ROSITA
NPM. 0101150034
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANGANYAR KOTA TASIKMALAY A TAHUN 2017
Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Stunting merupakan
pertumbuhan linier dan apabila terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-3 tahun). Puskesmas Karanganyar menduduki peringkat teratas kedua kejadian
stunting pada balita, dengan data sebagai berikut: Pada tahun 2015, prevalensi sangat
pendek (0,8%) dan balita pendek (25,3%), sedangkan pada tahun 2016 balita sangat
pendek (7,6%), dan pendek (21,5%), terjadi penurunan pada jumlah balita pendek
yaitu sebesar 3,8%, tetapi pada balita sangat pendek terjadi peningkatan yaitu sebesar
6,8%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor -faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar Tahun 2017. Manfaat dari penelitian ini untuk Dinas kesehatan adalah
memberikan masukan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan stunting
sehingga dapat menurunkan prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan crossectional.
Populasi sasaran seluruh balita usia 24-59 bulan yang berada di Wilayah kerja
Puskesmas Karanganyar Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya sebanyak 1386
balita. Teknik pengambilan sampel Simple Random Sampling dengan jumlah 102.
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Mictotoise untuk mengukur
tinggi balita, dan kuisioner yang untuk mewawancarai ibu balita. Analisisis data
menggunakan uji Chi Square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor asupan energi, asupan protein, status penyakit, dan pemberian ASI Eksklusif
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita dengan masing -masing nilai p
yang diperoleh sebesar 0,000. Dinas Kesehatan lebih meningkatkan kerjasama
Lintas sektoral untuk menurunkan prevalensi stunting. Keluarga perlu meningkatkan
pengetahuannya mengenai asupan nutrisi pada balita, dengan cara selalu
berkonsultasi dengan petugas kesehatan setempat, rutin menimbang balita baik ke
posyandu maupun ke fasilitas kesehatan setempat untuk memantau pertumbuhan
balita.
Kata Kunci : Asupan energi, asupan protein, status penyakit, pemberian ASI,
stunting, Balita
Daftar Pustaka : 18 (2009-2017)
STUDY PROGRAM S1 COMMUNITY HEALTH
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
Thesis, AGUST 2017
TITA ROSITA
NPM. 0101150034
ABSTRACT
THE RELATED FACTORS WITH STUNTING EVENTS OF AGE 24-59
MONTHS IN WORKING CENTRAL PUSKESMAS KARANGANYAR CITY
TASIKMALAYA, 2017
Stunting describes the chronic underweight status of growth and development
from early life. Stunting is a linear growth and when it occurs during the golden
period of brain development (0-3 years). Puskesmas Karanganyar was ranked as the
second highest stunting event in under fives, with the following data: In 2015, the
prevalence is very short (0.8%) and short toddler (25.3%), while in 2016 the toddler
is very short (7.6 %), And short (21.5%), there was a decrease in the number of short
toddlers by 3.8%, but in very short children increased by 6.8%. The purpose of this
study was to determine factors related to stunting incidence in children aged 24 -59
months in the working area of Puskesmas Karanganyar Year 2017. The benefits of
this study for the Health Department is to provide input in order to increase
prevention efforts stunting so as to reduce the prevalence of stunting in City of
Tasikmalaya. The research method used is analytical method with crossectional
approach. The target population of all children aged 24 -59 months in the working
area of Karanganyar District Health Center Kawalu Tasikmalaya as many as 1386
children. Simple Random Sampling sampling technique with the amo unt of 102.
Instruments used in this study is Mictotoise to measure the height of the toddler, and
the questionnaire to interview the mother of a toddler. Data analysis using Chi
Square test. Based on the results of the study showed that the factors of ene rgy
intake, protein intake, disease status, and exclusive breastfeeding related to the
incidence of stunting in infants with each p value obtained by 0.000. Dinas
Kesehatan further increase cross sectoral cooperation to reduce stunting prevalence.
The family needs to improve their knowledge of nutrition intake in children under
five, by always consulting with local health workers, routinely weighing children
under five to the posyandu or local health facility to monitor the growth of children
under five.
Keywords: Energy intake, protein intake, disease status, breastfeeding, stunting,
Toddler
References: 18 (2009-2017)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
Thesis, AGUST 2017
TITA ROSITA
NPM. 0101150034
ABSTRACT
THE RELATED FACTORS WITH STUNTING EVENTS OF AGE 24-59
MONTHS IN WORKING CENTRAL PUSKESMAS KARANGANYAR CITY
TASIKMALAYA, 2017
Stunting describes the chronic underweight status of growth and development
from early life. Stunting is a linear growth and when it occurs during the golden
period of brain development (0-3 years). Puskesmas Karanganyar was ranked as the
second highest stunting event in under fives, with the following data: In 2015, the
prevalence is very short (0.8%) and short toddler (25.3%), while in 2016 the toddler
is very short (7.6 %), And short (21.5%), there was a decrease in the number of short
toddlers by 3.8%, but in very short children increased by 6.8%. The purpose of this
study was to determine factors related to stunting incidence in children aged 24 -59
months in the working area of Puskesmas Karanganyar Year 2017. The benefits of
this study for the Health Department is to provide input in order to increase
prevention efforts stunting so as to reduce the prevalence of stunting in City of
Tasikmalaya. The research method used is analytical method with crossectional
approach. The target population of all children aged 24 -59 months in the working
area of Karanganyar District Health Center Kawalu Tasikmalaya as many as 1386
children. Simple Random Sampling sampling technique with the amo unt of 102.
Instruments used in this study is Mictotoise to measure the height of the toddler, and
the questionnaire to interview the mother of a toddler. Data analysis using Chi
Square test. Based on the results of the study showed that the factors of ene rgy
intake, protein intake, disease status, and exclusive breastfeeding related to the
incidence of stunting in infants with each p value obtained by 0.000. Dinas
Kesehatan further increase cross sectoral cooperation to reduce stunting prevalence.
The family needs to improve their knowledge of nutrition intake in children under
five, by always consulting with local health workers, routinely weighing children
under five to the posyandu or local health facility to monitor the growth of children
under five.
Keywords: Energy intake, protein intake, disease status, breastfeeding, stunting,
Toddler
References: 18 (2009-2017)